Madingmu.com – Sejumlah kota di Indonesia saat ini menjadi titik berlangsungnya demonstrasi untuk menolak pengesahan Revisi UU Pilkada pada hari ini, Kamis (22/8/2024). Sejumlah elemen masyarakat turun ke jalan sebagai bagian dari gerakan ‘peringatan darurat Indonesia’ yang viral di media sosial.
Pada dasarnya, demonstrasi adalah bentuk dalam penyampaian pendapat atau pernyataan protes yang dijamin oleh undang-undang. Menurut UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum, demonstrasi didefinisikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara demonstratif di muka umum.
Demonstrasi ini umumnya muncul sebagai respons atas kebijakan atau undang-undang yang tidak adil. Selain itu, demonstrasi juga memiliki tujuan agar pemerintah mempertanggungjawabkan kebijakannya.
Aksi semacam ini tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan di negara-negara lain di dunia juga melakukannya. Bahkan, sejarah telah mencatat sejumlah demonstrasi dengan massa terbesar di dunia.
Dilansir dari Live Science, berikut ini beberapa demonstrasi dengan massa terbesar di dunia.
Baca Juga: Viral! “Peringatan Darurat” Garuda Biru Jadi Trending Topic di Medsos
6 Demonstrasi Terbesar Sepanjang Sejarah
- Demonstrasi Petani India (2020-2021)
Pada September 2020, para pekerja pertanian di India memblokir jalan dan jalur kereta api di wilayah Punjab dan Haryana. Menurut laporan Business & Human Rights Resource Centre, sekitar 250 juta orang turun ke jalan untuk demonstrasi.
Para petani melakukan protes terhadap rencana perubahan undang-undang seputar produk (pertanian). Akibat perubahan undang-undang itu, akan ada kelonggaran aturan seputar penjualan, penetapan harga, dan penyimpanan produk pertanian.
Maka dari itu, petani melakukan protes dan turun ke jalan. Beberapa petani mulai membakar ladang mereka dan ada juga aksi mogok makan.
Pada November 2021, pemerintahan Narendra Modi mencabut undang-undang tersebut dan pengunjuk rasa mengundurkan diri pada awal Desember 2021.
- Demonstrasi George Floyd dan Black Lives Matter (2020)
Pada Mei 2020, terdapat kasus pembunuhan yang menggemparkan di Amerika Serikat. Pembunuhan George Floyd di Minneapolis oleh petugas polisi memicu gelombang kemarahan dunia karena berkaitan dengan isu ras dan rasisme.
Seminggu setelah pembunuhan terjadi, muncul gelombang protes yang dilakukan di 75 kota besar dan kecil di AS. Protes tersebut sebagian dikoordinasikan melalui gerakan yang dikenal dengan “Black Lives Matter”. Demonstrasi ini juga menjadi global dan lebih luas hingga melibatkan jutaan orang.
- Women’s March (2017)
Pada Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat tahun 2016, Donald Trump disorot karena dianggap merendahkan perempuan dalam kampanyenya. Hal ini kemudian memicu kemarahan para perempuan, sehingga muncul gerakan “Women March”.
Mereka turun ke jalan pada Januari 2017, tepat pada hari pertama Donald Trump dilantik sebagai presiden terpilih. Menurut London School of Economics, demonstrasi ini didukung oleh ratusan ribu orang di seluruh dunia.
Sementara yang turun ke jalanan di Washington, diperkirakan mencapai setengah juta orang.
- Protes Anti-Perang Irak (2003)
Sejarah telah mencatat sebuah invasi yang dilakukan Amerika ke Irak pada 2003. Kala itu, Presiden AS George W. Bush menganggap bahwa Irak melanggar resolusi PBB mengenai senjata pemusnah massal.
Namun, rencana invasi itu ditentang oleh banyak pihak. Pada 15 Februari 2003, jutaan orang melakukan demonstrasi di lebih dari 600 kota di dunia menentang rencana Presiden George W. Bush.
Di Roma, 3 juta orang ambil bagian dalam demonstrasi tersebut. Kemudian 750.000 orang melakukan unjuk rasa di London dan lebih dari 1,5 juta orang melakukan protes di Madrid, serta puluhan ribu lainnya di kota lain.
Namun, pada akhirnya, gerakan tersebut hanya berdampak kecil terhadap kebijakan. AS tetap melakukan invasi ke Irak yang dimulai pada 20 Maret 2003.
Baca Juga: Beasiswa Kuliah di Jepang! INPEX Scholarship 2025 Buka Pendaftaran
- Demonstrasi di Jalan Baltik (1989)
Dilansir dari NPR, jutaan orang diketahui membentuk rantai manusia sepanjang lebih dari 400 mil (sekitar 643 km) melintasi Latvia, Lituania, dan Estonia pada malam tanggal 23 Agustus 1989. Lintasan tersebut kemudian disebut dengan Jalan Baltik.
Aksi ini dilakukan sebagai gerakan yang telah dimulai pertengahan 1980-an. Ini adalah gerakan perlawanan terhadap rezim Komunis yang memerintah negara-negara tersebut.
Kala itu, kaum populis melawan pemerintahan komunis yang telah berkembang seiring dengan diperkenalkannya reformasi di seluruh blok Soviet oleh Mikhail Gorbachev.
Diperkirakan sekitar seperempat penduduk Negara Baltik berpegangan tangan pada malam itu untuk membentuk rantai simbolis. Ini menjadi demonstrasi terbesar dalam sejarah Uni Soviet.
Pada akhirnya, protes anti-Komunis ini melanda Eropa timur, yang mencapai puncaknya dengan runtuhnya Tembok Berlin. Dalam waktu dua tahun, ketiga negara Baltik akhirnya menjadi negara merdeka.
- Protes Rakyat di Filipina (1986)
Filipina, pernah memiliki sejarah demonstrasi terbesar. Hal ini terjadi pada 1986 ketika Ferdinand Marcos dinyatakan sebagai pemenang pemilihan presiden.
Kala itu, Marcos telah memerintah Filipina selama 20 tahun. Hal ini memicu aksi besar-besaran dari jutaan warga Filipina yang menganggap kepemimpinan otoriter Marcos harus diakhiri.
Terlebih ada indikasi bahwa pemilu terakhir yang dilakukan oleh Marcos, merupakan jalan ‘kotor’. Bahkan gereja Katolik di Filipina mengutuk pemilu tersebut.
Pada akhirnya, jutaan rakyat turun ke jalan untuk protes dan militer mulai membelot dari Marcos. Tanpa dukungan militer yang kuat, Marcos berakhir melarikan diri dan Aquino dilantik sebagai presiden pada 25 Februari 1986.
Follow Juga : Instagram madingmu
-- adds--> -->
Leave a comment