Sabtu , 27 Juli 2024
HeadlineSerba Serbi

Kisah Pohon Kurma yang Menangis pada Hari Jumat, Kenapa?

pohon kurma
Ilustrasi. Ini kisah pohon kurma yang pernah menangis pada Jumat.

madingmu.com – Ketika Nabi Muhammad masih berdakwah, ada banyak kisah menarik yang bisa kita dengarkan dan pelajari. Salah satunya adalah kisah tentang pohon kurma yang menangis di hari Jumat.

Kisah ini diabadikan dalam salah satu riwayat dari Jabir bin Abdullah RA. Mengutip Mukhtashar Shahih al-Bukhari karya Imam Zainuddin az Zubaidi, Jabir berkata,

“Apabila Rasulullah khutbah, beliau biasa berdiri di bawah pohon kurma. Ketika sebuah mimbar disediakan untuk beliau, kami mendengar pohon kurma itu menangis seperti tangisan unta betina yang hamil maka beliau turun dari mimbar dan mengelus pohon tersebut.” (HR Bukhari)

Kisah Pohon Kurma yang Menangis di Hari Jumat

Kisah ini bisa dimulai dengan melihat kembali tugas dan pekerjaan Nabi Muhammad SAW setelah hijrah dari Makkah ke Madinah. Mengutip tulisan Ustaz Dr Miftahur Rahman El-Banjary dalam buku Cinta Seribu Dirham Merajut Rindu pada Rasulullah Al-Musthafa. Pekerjaan pertama Rasulullah SAW, ketika tiba di Madinah, adalah membangun masjid.

Masjid tersebut diberi nama Masjid Nabawi, dibangun tepat di tempat unta Rasulullah berhenti. Saudara-saudara yatim piatu memiliki tanah tempat unta tersebut berhenti.

Lebih lanjut, diketahui bahwa tanah yang dibeli berbentuk bujur sangkar dengan luas hanya sekitar 1.060 meter persegi. Masjid yang dibangun pada awal masa itu sangat sederhana, hanya berupa lapangan yang dikelilingi tembok dari tanah liat menyerupai lingkaran.

Ketika masjid ini beroperasi, Nabi Muhammad SAW sering berdakwah dengan berdiri menghadap jamaah. Beliau berdiri di bagian terdepan masjid sambil bersandar pada pohon kurma di sisi kanan yang sekarang kita kenal sebagai mihrab Nabi.

Ketika jamaah bertambah banyak, orang-orang memadati masjid. Mereka yang duduk di barisan belakang atau paling jauh dari Nabi tidak dapat melihat wajahnya.

Para sahabat saat itu juga kasihan melihat Nabi Muhammad yang kelelahan jika berdiri terlalu lama saat berkhotbah. Beberapa sahabat mengusulkan untuk membuatkan mimbar khusus untuk Nabi.

Di atas mimbar tersebut, Nabi bisa sesekali duduk untuk beristirahat atau bahkan menyampaikan khotbahnya sambil duduk. Selain itu, para sahabat yang berada di posisi paling belakang masih bisa melihat wajah Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW kemudian menyetujuinya.

Pada hari Jumat, ketika mimbar yang dibuat khusus untuk Rasulullah SAW telah selesai, beliau keluar dari pintu kamarnya. Beliau berjalan menuju mimbar dengan melewati pohon kurma.

Ketika Nabi menaiki mimbar untuk berkhotbah, para sahabat yang ada di masjid langsung mendengar suara rintihan memelas seperti orang menangis. Debu-debu dari dinding masjid berjatuhan.

Suara tangisan itu semakin lama semakin keras. Para sahabat mencari sumber suara tangisan itu untuk mendapatkan kejelasan.

Nabi kemudian keluar dari mimbar dan mendekati pohon kurma yang sering beliau gunakan sebagai sandaran. Beliau meletakkan tangannya yang mulia di batang pohon kurma, lalu mengusap dan memeluknya.

Atas izin Allah SWT, suara isak tangis itu perlahan mereda. Masih menunggu untuk menjawab rasa penasaran para sahabat yang hadir, Rasulullah SAW pun diajak berbicara oleh pohon kurma tersebut.

Rasulullah berkata, “Maukah kamu aku pindahkan ke kebun kamu semula, berbuah dan memberikan makanan kepada kaum mukminin atau aku pindahkan kamu ke surga, setiap akar kamu menjadi minuman dari minuman-minuman di surga, lalu para penghuni surga menikmati buah kurmamu.”

Tanpa ragu-ragu, pohon kurma itu memilih opsi kedua. Kemudian Rasulullah (SAW) bersabda, “Af’al insya Allah! Demi Allah, yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, jika tidak aku tenangkan dia, niscaya dia akan terus merintih hingga hari kiamat karena kerinduannya kepadaku.”

Dalam redaksi lain, mengutip Syekh Abu Bakar Jabir Al Jazeera dalam Hadza al Habib Muhammad Rasulullah Ya Muhibb, diceritakan bahwa Rasulullah pernah terlihat sedang berbicara dengan sebatang pohon kurma. Kemudian, seorang wanita dari kaum Anshar berkata kepada beliau,

“Wahai Rasulullah, aku memiliki anak seorang tukang kayu. Bolehkah aku menyuruhnya membuatkan mimbar untuk engkau dari pohon itu untuk berkhutbah?”

Rasulullah menjawab, “Ya, boleh.” Maka si tukang kayu membuatkan beliau mimbar dari pohon kurma tersebut.

Pada suatu hari Jumat, Rasulullah mulai berkhotbah di atas mimbar, tidak lagi di atas sebatang pohon kurma seperti pada masa-masa awal berdirinya masjid. Tiba-tiba batang pohon kurma yang digunakan sebagai mimbar itu menangis seperti tangisan bayi.

Menurut Syaikh Abu Bakar, pohon kurma tersebut menangis karena mendengar zikir Rasulullah SAW dan sedih karena berpisah dengan Beliau yang selalu berkhutbah di atasnya. Padahal pohon kurma tersebut merupakan benda mati yang tak memiliki roh dan akal.

Hal ini, kata Syaikh Abu Bakar, merupakan tanda dan bukti yang menunjukkan kenabian Muhammad SAW dan kebenaran risalahnya. Dan ini juga merupakan mukjizat besar yang hanya dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW.

Ibnu Hajar, dalam pendapatnya yang dikutip oleh Imam An Nawawi melalui Syarah Riyadush Shalihin Jilid 3, menambahkan hadits tentang kisah pohon kurma yang menangis ini merupakan bukti bahwa Allah SWT terkadang memberikan akal kepada benda mati layaknya seekor hewan, bahkan seperti hewan yang mulia. Wallahu’alam.

Leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

madingmu-white

Madingmu adalah portal digital ajang kreasi dan edukasi anak muda Indonesia.
Dibangun oleh PT Madingmu Sukses Bersama sebagai inisiasi kolaborasi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

madingmu-white

Madingmu adalah portal digital ajang kreasi dan edukasi anak muda Indonesia. Dibangun oleh PT Madingmu Sukses Bersama sebagai inisiasi kolaborasi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.