Madingmu.com – ADHD atau attention deficit/hyperactivity disorder adalah jenis gangguan kesehatan yang biasanya ditemukan pada anak-anak, namun bisa juga terjadi pada orang dewasa. Orang dengan ADHD sulit untuk mengendalikan diri dan/atau daya kognitifnya kurang sesuai dengan usianya.
Dilansir dari laman Primaya Hospital, penyakit ADHD adalah gangguan perkembangan saraf yang berdampak pada perilaku hiperaktif, impulsif, dan masalah perhatian. Gangguan kesehatan ini berkaitan dengan perkembangan otak.
Penyakit ini tidak dapat dicegah, tetapi bisa diobati. Pentingnya untuk mengenali gejala ADHD sejak dini agar penanganannya bisa lebih mudah. Berikut ini penyebab ADHD dan cara untuk mengatasinya.
Gejala ADHD
Gejala ADHD dapat dibedakan berdasarkan tipe ADHD yang dialami. Ada tiga tipe ADHD, yaitu tipe hiperaktif-impulsif, tipe kurang perhatian (dulu disebut ADD), dan tipe gabungan. Dilansir dari laman ADDitude berikut ini gejala ADHD:
Baca Juga: Turunkan Berat Badan Dengan Bariatrik? Begini Manfaat dan Resikonya!
- Gejala Tipe Hiperaktif-Impulsif
Orang dengan ADHD tipe hiperaktif-impulsif biasanya bertindak seakan-akan tanpa kesadaran, sehingga mungkin bergerak atau berbicara sendiri di saat yang tidak tepat. Gejalanya antara lain sebagai berikut:
- Sering gagal memperhatikan detail atau sering membuat kesalahan yang ceroboh dalam mengerjakan tugas sekolah atau di tempat kerja.
- Sulit mempertahankan perhatian dalam melakukan tugas atau saat bermain.
- Tampak tidak mendengarkan saat diajak bicara secara langsung karena pikirannya di tempat lain.
- Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas sekolah, tugas rumah, atau tugas di tempat kerja.
- Kesulitan memanajemen waktu, tugas dan kegiatan.
- Sering menghindari tugas yang membutuhkan upaya berpikir lebih, misalnya tugas sekolah atau menyiapkan laporan pekerjaan.
- Sering kehilangan benda-benda yang diperlukan untuk tugas atau kegiatan.
- Pelupa dalam kegiatan sehari-hari
- Gejala ADHD Kurang Perhatian
Orang dengan subtipe kurang perhatian sering kesulitan untuk fokus, mudah terganggu dan pelupa. Tetapi tipe ini mungkin tidak dapat didiagnosa secara jelas, karena mereka cenderung tidak mengganggu lingkungan belajar. Gejalanya adalah sebagai berikut:
- Sering gelisah hingga mengetuk-ngetukkan tangan atau kaki, serta menggeliat di tempat duduk.
- Sering meninggalkan tempat duduk dalam kondisi harus tetap duduk. Misalnya meninggalkan tempat duduknya di dalam kelas atau di kantor.
- Sering berlarian atau memanjat ketika hal itu tidak pantas dilakukan.
- Tidak dapat bermain atau melakukan kegiatan di waktu senggang dengan tenang.
- Sering bergerak atau bertindak seolah-olah tanpa kesadaran, misalnya tidak dapat tidak nyaman untuk berdiam diri dalam waktu yang lama, seperti saat di restoran atau kegiatan rapat.
- Berbicara secara berlebihan.
- Sering menjawab sebelum pertanyaan selesai dan tidak sabar.
- Sering menyela atau mengganggu orang lain saat berbicara, bermain.
- Gejala ADHD Tipe Kombinasi
Sementara gejala ADHD pada tipe kombinasi merupakan gabungan dari dua tipe di atas. Seorang dokter akan mendiagnosis pasien dengan ADHD tipe gabungan jika mereka menunjukkan 6 gejala yang diidentifikasi untuk setiap tipe.
Baca Juga: 5 Kacang Yang Aman Untuk Penderita Asam Urat, Yuk Simak!
Penyebab ADHD
Penyebab ADHD belum diketahui pasti, tetapi beberapa faktor dianggap bertanggung jawab atas penyakit itu. Dilansir dari laman National Health Service (NHS), beberapa faktor tersebut adalah:
- Genetik
ADHD kemungkinan menurun melalui genetik pada keluarga. Dalam banyak kasus, gen yang diwariskan dari orang tua adalah faktor yang signifikan dalam mengembangkan kondisi ini.
Berdasarkan penelitian, pengidap ADHD memiliki orang tua dan saudara kandung yang juga mengidap ADHD. Namun, genetik yang diwariskan pada ADHD ini cenderung kompleks dan tidak dianggap dengan kesalahan genetik tunggal.
- Fungsi dan Struktur Otak
Faktor lainnya adalah adanya perbedaan pada otak penderita ADHD. Namun hal ini belum terlihat signifikan.
Suatu penelitian memindai otak penderita ADHD dan terlihat area otak tertentu mungkin lebih kecil dari orang normal, sedangkan area lain mungkin lebih besar. Ada juga penelitian yang melihat adanya ketidakseimbangan pada tingkat neurotransmitter di otak, atau mungkin tidak bekerja dengan baik.
- Kelompok yang Berisiko
Ada kelompok orang yang dianggap lebih berisiko terkena ADHD, antara lain orang: yang lahir prematur atau dengan berat badan lahir rendah, orang dengan epilepsi, orang dengan kerusakan otak yang terjadi sejak di dalam rahim, atau setelah cedera kepala yang parah di kemudian hari.
Baca Juga: 5 Tips Efektif Dalam Mengelola Stres bagi Perempuan Karier
Cara Mengatasi ADHD
Dilansir dari laman Ciputra Medical Center, cara mengatasi ADHD yang pertama adalah dengan melakukan diagnosis yang tepat, kemudian baru dilakukan pengobatan dan terapi.
- Diagnosis ADHD
Untuk menyatakan seseorang mengalami ADHD tidaklah mudah, terutama pada anak-anak. Proses diagnosis memerlukan diskusi dengan orang tua dan guru mengenai gejalanya.
Seorang anak juga mungkin akan mengikuti serangkaian tes untuk memeriksa status neurologis dan psikologis mereka. Tes ini dilakukan untuk membantu dokter menentukan apakah anak tersebut betul-betul mengalami ADHD.
- Pengobatan ADHD
Jika seseorang sudah didiagnosis menderita ADHD, maka dokter mungkin akan memberikan obat-obatan. Mungkin obat belum tentu menyembuhkan ADHD, tetapi obat dapat membantu mengendalikan sikap hiperaktif dan impulsif, serta meningkatkan konsentrasi.
- Terapi ADHD
Terapi adalah penanganan utama dari penyakit ADHD. Biasanya perawatannya berfokus pada mengubah perilaku dan membentuk kebiasaan baru. Terapi juga harus melibatkan orang tua dalam memanajemen perilakunya setiap hari. Tetapi bisa berlangsung hingga 12 tahun.
Itulah mengenai gejala ADHD, lengkap dengan gejala ADHD berdasarkan tipenya, termasuk penyebab dan cara mengatasi ADHD. Semoga informasi ini bermanfaat sobat madingmu.
Follow Juga : Instagram madingmu
-- adds--> -->
Leave a comment