Madingmu.com – Joseph Calvin Gagnon, PhD, seorang ahli dan profesor pendidikan khusus dari Finlandia di Universitas Helsinki, Finlandia, menggambarkan kesulitan yang dihadapi sistem pendidikan di negaranya. Secara khusus, masalah yang berkaitan dengan perilaku pendidikan inklusif.
Hal ini disampaikannya pada Sabtu (26/8) dalam International Conference on Education Innovation (ICEI) ke-7 yang bertema “Elevating Education and Teaching Systems to Empower the Excellent Civilization” yang diselenggarakan di Auditorium Rektorat Kampus Unesa Lidah Wetan. Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menjadi penyelenggara acara ini.
Finlandia dan Indonesia sama-sama memiliki masalah ini
Gagnon tidak menampik fakta bahwa Finlandia memiliki standar pendidikan yang menjadi tolok ukur bagi negara-negara lain. Namun, khususnya di bidang pendidikan khusus, negaranya memiliki masalah yang serupa dengan Indonesia.
Isu-isu tersebut antara lain strategi pengajaran dan minimnya keahlian guru dalam menangani siswa penyandang disabilitas. Gagnon mengusulkan ide pendekatan pembelajaran berjenjang.
Pendekatan tersebut terdiri dari Dukungan Khusus (infrastruktur dan manajemen yang sangat baik untuk sekolah inklusi), Dukungan Intensif (bantuan khusus), dan Dukungan Umum (pembelajaran yang berbeda). Dia menyarankan tiga tindakan yang perlu dilakukan oleh guru inklusi untuk meningkatkan pengetahuan mereka yang masih sedikit tentang subjek tersebut.
Baca Juga ; Berada di Tengah Gurun, Sekolah di India Ini Bisa Tetap Sejuk Tanpa AC
Menurut Gagnon, bidang pendidikan inklusi dapat dimajukan oleh para pendidik inklusi, yang juga dapat mendorong dialog antara siswa penyandang disabilitas dan memberikan sumber daya untuk implementasi yang proaktif.
Hal ini akan mendorong kesetaraan dalam pendidikan dengan mempermudah siswa penyandang disabilitas untuk mengakses pendidikan yang berkualitas tinggi. Hasilnya, pertumbuhan sistem pendidikan suatu negara akan terlihat jelas.
Metode Pendidikan Baru
Dalam kesempatan yang sama, hadir pula Dr Mochamad Nursalim M Si, dosen FIP Unesa. Beliau menjelaskan bahwa model pembelajaran klasik masih digunakan dalam dunia pendidikan saat ini.
Hal ini berdampak pada manajemen waktu, metode yang digunakan kurang tepat, dan motivasi belajar siswa yang rendah. Untuk mengatasi hal ini, Nursalim mengusulkan pendekatan Bring Your Own Device (BYOD) sebagai salah satu cara untuk memodifikasi model pembelajaran.
Dengan pendekatan ini, siswa dapat menggunakan perangkat teknologi untuk mendapatkan konten pendidikan. Hasilnya, siswa dapat memperoleh pengetahuan tentang pengambilan keputusan, menumbuhkan lingkungan yang menyenangkan, dan bahkan lebih aktif mengambil bagian dalam kegiatan yang sesuai dengan minat dan bakat mereka.
Siswa mendapatkan keuntungan, tetapi juga memerlukan pengekangan fisik di dalam kelas. Khususnya, untuk pengisian daya perangkat, pengawasan guru, interaksi siswa-guru, administrasi aplikasi dan konten, dan penilaian lebih lanjut untuk mengukur penguasaan mata pelajaran siswa.
Pendekatan ini tidak diragukan lagi akan mengalami kesulitan yang signifikan ketika dipraktikkan. Menurut Prof. Muhammad Kamarul Kabilan, PhD, dari University Sains Malaysia, perencanaan pembelajaran kolaboratif merupakan tantangan yang signifikan bagi para pendidik di masa kini.
“Sebagai hasilnya, komunikasi digital menjadi sangat penting dalam pembelajaran online. Akses dapat dianggap sebagai kesempatan untuk menerima layanan pendidikan berkualitas tinggi berdasarkan keadaan dan kebutuhan seseorang. Meskipun akses ini telah disiapkan, akses ini perlu diperluas hingga ke daerah-daerah terpencil dan terjauh.
Follow Juga : Instagram madingmu
-- adds--> -->
Leave a comment