Minggu , 22 Desember 2024
Hiburan

Dapat Merusak Mental Anak, 6 Kebiasaan Ini Harus Di Hindari Orang Tua!

lgtbiq family enjoying life together 23 2149173433

Madingmu.com – Orang tua selalu ingin memberi yang terbaik untuk anaknya. Namun, sering kali orang tua mendidik tanpa pemahaman yang baik tentang perkembangan anak.

Penelitian menunjukkan bahwa orang tua memiliki peran penting dalam membentuk masa depan anak baik soal mental, pemikiran, dan lainnya. Maka dari itu, orang tua wajib untuk memiliki pemahaman baik terhadap perkembangan anak karena pengasuhan yang salah akan berdampak buruk lho bagi anak.

Dilansir dari laman American Society for the Positive Care of Children, kebiasaan atau pola asuh orang tua yang buruk ternyata bisa berdampak pada mental dan psikologis anak. Orang tua kerap menganggap bahwa apa yang mereka lakukan untuk anak sudah baik, padahal mereka tidak menyadari bahwa itu bisa berdampak buruk.

Lantas apa saja sih kebiasaan buruk orang tua yang bisa merusak mental anak? Dilansir dari laman CNBC, Berikut ini penjelasannya.

Baca Juga: Ini Dia Trik Menabung Untuk Anak Muda ala Orang Jepang

6 Kebiasaan Orang Tua yang Bisa Merusak Mental Anak

  1. Sering Mengabaikan Perasaan Anak

asian family with family conflict 36356 265

Mengabaikan perasaan anak adalah contoh yang mungkin paling banyak ditemukan. Pernahkah kalian menemukan atau mengalami, saat anak sedang menangis karena sesuatu, justru orang tua berkata “jangan terlalu sedih” atau “itu bukan sesuatu yang besar“?

Hal itu adalah kebiasaan buruk. Sebab, alih-alih menenangkan anak, kalimat itu bisa memberitahu anak bahwa perasaan yang mereka miliki tidaklah penting.

“Mereka (orang tua) mengirimkan pesan bahwa perasaan (anak) tidak penting dan lebih baik menekan perasaan tersebut,” ujar Tracy Hutchinson, PhD, LMHC, pakar psikologi positif, kesehatan mental, dan psikologi emosional asal Amerika Serikat.

BACA JUGA  Petualangan Seru di Kota Tua Jakarta: Naik Ontel hingga Delapanan Kulineran!

Hutchinson, menyarankan, orang tua perlu memvalidasi perasaan anak dengan baik. Misal, jika anak menunjukkan ekspresi ketakutan saat terjadi hujan, misalnya, pertimbangkan untuk mengatakan, “Ibu tahu kamu ketakutan saat ini

Kemudian tanyakan kepada anak, kira-kira apa yang bisa membuat mereka merasa lebih baik. Hal tersebut akan mengajarkan anak-anak bagaimana mengelola dan mengatasi emosi mereka sendiri.

“Tujuannya adalah membantu mereka mempraktikkan solusi curah pendapat hingga mereka menemukan sesuatu yang berhasil,” kata Hutchinson.

  1. Memanjakan Anak Secara Berlebihan

high angle family with cute cat 23 2150492087

Orang tua selalu berpikir bahwa asal anak bahagia dan tercukupi, maka mereka akan lega. Nyatanya, penelitian menunjukkan bahwa ketika orang tua memberikan apa pun yang diinginkan oleh anak, maka anak akan kehilangan keterampilan yang berkaitan dengan kekuatan mental, seperti disiplin diri.

Alih-alih membantu anak, memanjakan justru bisa menjadi hal yang merusak mental anak. Dalam hal ini orang tua, perlu mengajarkan bahwa anak perlu berusaha untuk mencapai sesuatu.

Hutchinson, memberi saran, bahwa orang tua bisa membuat sebuah aturan tentang sesuatu. Contoh, anak-anak boleh menonton asalkan pekerjaan rumah sudah diselesaikan atau uang saku bisa ditambah jika membantu pekerjaan rumah.

Di sisi lain, uang yang didapat anak-anak juga bisa diarahkan untuk bisa membeli sesuatu yang mereka butuhkan.

  1. Selalu Menyelamatkan Anak dari Kegagalan

close up happy mum son holding hand park family concept 1150 4795

Orang tua akan sulit dan cenderung tidak mau melihat anaknya mengalami kegagalan. Padahal, sebagai manusia dewasa, mereka tahu bahwa kegagalan selalu bisa memberi pelajaran bermakna.

Sayangnya, pada akhirnya banyak orang tua tetap akan menyelamatkan anak dari kegagalan. Misal, ketika anak mendapatkan nilai buruk di sekolah, banyak orang tua akan membantu tugas-tugas sekolah anak di kemudian hari.

BACA JUGA  Threads Instagram : Kompetitor Twitter yang Lebih User Friendly?

Padahal itu bukanlah menyelamatkan anak, melainkan merusak mental anak. Seharusnya, orang tua berpikir bahwa ketika mereka membantu tugas di rumah, anak tetap kesulitan mengerjakan ujiannya sendiri saat di sekolah.

Menurut Hutchinson, anak-anak harus diberi kesempatan untuk mengambil pelajaran dari kegagalan, sehingga mereka bisa mengembangkan ketekunan yang diperlukan untuk bangkit kembali setelah mengalami kemunduran.

  1. Selalu Mengharapkan Kesempurnaan

siblings home while quarantine 23 2148544633

Beberapa orang tua mungkin masih memiliki pikiran bahwa dengan pengasuhan yang baik maka anak harus ‘sempurna‘. Dalam hal ini, mungkin perkembangan akademiknya bagus, skillnya terus terasah, dan bisa mencapai tujuan tertentu.

Namun, apakah kesempurnaan diperlukan oleh anak? Hutchinson, mengatakan bahwa menetapkan standar prospek yang terlalu tinggi justru dapat menyebabkan masalah harga diri dan kepercayaan diri di kemudian hari.

Menurutnya, orang tua perlu membangun kekuatan mental pada anak dengan memastikan ekspektasinya realistis. Lalu, jika anak-anak tidak bisa mencapainya, maka beri pemahaman bahwa kegagalan yang mereka hadapi akan tetap memberi mereka pelajaran hidup yang berharga.

Baca Juga: 10 Negara dengan Rata-rata IQ Tertinggi di Asia

  1. Memastikan Anak Selalu Merasa Nyaman

girl bed with tablet 23 2148526625

Sebagai, orang tua, mungkin akan mendengarkan banyak keluhan dari anak terkait ketidaknyamanan. Misal saat mencoba makanan baru, masuk sekolah pertama, lingkungan baru, dan sebagainya.

Untuk mengatasi hal ini, orang tua biasanya membantu sebisa mungkin agar anak memiliki kenyamanan terus menerus.

Namun seperti halnya kegagalan, Hutchinson mengatakan bahwa menerima momen tidak nyaman ternyata justru dapat meningkatkan kekuatan mental pada anak.

“Dorong anak Anda untuk mencoba hal-hal baru. Bantu mereka memulai, karena itulah bagian tersulit. Namun begitu mereka mengambil langkah pertama tersebut, mereka mungkin menyadari bahwa hal tersebut tidak sesulit yang mereka bayangkan dan bahkan mungkin mereka ahli dalam hal tersebut,” paparnya.

BACA JUGA  Cara Menggendong Kucing Yang Benar

Sebagai contoh, saat mencoba menaiki sepeda, anak-anak mungkin akan takut terjatuh dan terluka. Namun, dengan bantuan orang tua yang mendampingi dan membantunya saat mereka jatuh, itu akan memberi kekuatan penting untuk anak.

Perlahan setelah lancar, ketika anak mulai bisa bersepeda, mereka akan melupakan ketakutan itu dan mulai bergembira menikmati jalanan. Semua itu atas perkembangan mentalnya yang baik dan pembelajaran bermakna dari orang tuanya.

  1. Tidak Menjaga Diri Sendiri

kid studio portrait isolated 23 2149198937

Semakin tua usia, seringkali semakin sulit untuk mempertahankan kebiasaan sehat. Maka dari itu, sejak dini, penting untuk mencontohkan kebiasaan perawatan diri pada anak.

Jangan sampai, kebiasaan tidak sehat dari orang tua, justru diperlihatkan terang-terangan tanpa penjelasan apapun. Karena itu, bisa menanamkan mental buruk pada anak.

Dalam hal ini, penting juga bagi orang tua untuk melatih keterampilan mengatasi masalah yang sehat di depan anak-anak. Misalnya, jika orang tua sedang stres karena pekerjaan dan ingin bersantai, coba pertimbangkan untuk memberi tahu anak, “Ayah/ibu sedang cukup lelah hari ini karena pekerjaan, ayah/ibu akan bersantai dulu ya dengan teh dan membaca buku.”

Follow Juga : Instagram madingmu

Leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kategori Konten

Kilas Pendidikan228
Literasi Keuangan67
Ruang Siswa184
Beasiswa333
School lifehack156
Hiburan256
Editor's Pick2026
Terpopuler1975
Opini10
Serba Serbi810




madingmu-white

Madingmu adalah portal digital ajang kreasi dan edukasi anak muda Indonesia.
Dibangun oleh PT Madingmu Sukses Bersama sebagai inisiasi kolaborasi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

madingmu-white

Madingmu adalah portal digital ajang kreasi dan edukasi anak muda Indonesia. Dibangun oleh PT Madingmu Sukses Bersama sebagai inisiasi kolaborasi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.