madingmu.com – Sebuah organisasi riset konsumen dan analisis data terkemuka di Asia Tenggara (ASEAN) bernama Milieu Insight merilis hasil studinya mengenai gaya hidup masyarakat ASEAN yang menggunakan plastik sekali pakai.
Mereka menemukan bahwa di seluruh Asia Tenggara, prevalensi penggunaan air minum dalam kemasan plastik sekali pakai terus meningkat. Konsumen mengabaikan kesadaran akan isu-isu lingkungan yang semakin meningkat dan memperburuk krisis polusi plastik yang sedang berlangsung di kawasan ini.
Studi ini juga menemukan bahwa di tingkat regional, tiga faktor utama untuk tidak mendaur ulang adalah kurangnya tempat sampah/saluran daur ulang yang mudah diakses (44%), tempat penyimpanan yang tidak memadai untuk barang daur ulang (43%), dan kebiasaan membuang daripada mendaur ulang (35%).
Di Singapura, Malaysia, dan Vietnam, tempat sampah/saluran daur ulang yang tidak dapat diakses adalah alasan utama untuk tidak mendaur ulang botol plastik sekali pakai.
Fakta yang mengkhawatirkan
Ketika ditanya apa yang memotivasi mereka untuk mendaur ulang, 52% responden di Asia Tenggara menyatakan bahwa mereka akan lebih mungkin melakukannya jika tempat daur ulang lebih mudah diakses.
Selain itu, 44% menyatakan keinginan mereka untuk memiliki tempat khusus untuk menyimpan barang daur ulang mereka. Pada saat yang sama, persentase yang sama juga merasa bahwa imbalan moneter dan non-moneter akan menjadi insentif yang menarik untuk mendorong mereka agar lebih sering melakukan daur ulang.
Namun, di Vietnam, motivasi utama untuk mendaur ulang adalah ketika semua orang di sekitar mereka juga melakukan daur ulang, dengan sekitar 64% mengatakan demikian.
Studi ini juga menyoroti bahwa sebagian besar responden (85%) menyadari bahwa konsumsi air minum dalam kemasan plastik sekali pakai memiliki dampak lingkungan yang sangat besar, dan setiap orang memiliki peran dalam mengurangi penggunaan botol plastik sekali pakai.
Responden mengindikasikan bahwa membawa botol air minum sendiri untuk mengurangi pembelian air minum kemasan (79%) adalah yang paling populer ketika ditanya apa yang akan mereka lakukan untuk mengurangi botol plastik sekali pakai.
Selain itu, 43% tertarik untuk membeli air minum dalam kemasan dalam jumlah yang lebih besar daripada beberapa botol kecil, dan 35% menyatakan kesediaannya untuk memilih air minum dalam kemasan yang ramah lingkungan seperti kemasan tetra atau kemasan kertas.
Temuan ini mencerminkan kesadaran yang semakin meningkat dan menyoroti keinginan masyarakat Asia Tenggara untuk menerapkan praktik-praktik berkelanjutan.
Survei ini mengungkapkan bahwa di semua kelompok usia, 2 dari 10 responden mengaku jarang atau tidak pernah mendaur ulang botol plastik mereka.
Thailand memiliki kelompok individu proaktif terbesar, dengan 3 dari 10 orang mengindikasikan bahwa mereka akan selalu mendaur ulang botol plastik mereka.
Secara regional, kecenderungan untuk selalu mendaur ulang daripada membuang botol plastik lebih tinggi di antara mereka yang berusia 45 tahun ke atas (33% akan selalu mendaur ulang). Sebagai perbandingan, 44% responden yang lebih muda dalam kelompok usia 16-24 tahun jarang atau hanya sesekali mendaur ulang.
Mendorong konsumen menuju praktik berkelanjutan
Di Singapura, untuk membuat daur ulang menjadi mudah bagi rumah tangga dan meningkatkan kesadaran penduduk akan manfaat daur ulang, Badan Lingkungan Hidup Nasional meluncurkan kampanye Hak Daur Ulang pada awal tahun ini.
Setiap rumah tangga di Singapura didorong untuk mengumpulkan kotak daur ulang rumah gratis, yang dikenal sebagai Blooboxes, untuk membantu memulai upaya daur ulang di rumah mereka.
Di Filipina, SM Malls menawarkan program insentif sampah menjadi uang tunai setiap hari Jumat dan Sabtu pertama setiap bulannya di 74 SM Supermall untuk mendorong pemilahan dan daur ulang sampah di antara pelanggan, penyewa, dan masyarakat.
Kantor-kantor regional juga telah menerapkan program serupa untuk memotivasi lebih banyak konsumen untuk mengumpulkan bahan yang dapat didaur ulang dan menukar serta mengubah sampah yang dapat didaur ulang dan plastik sekali pakai menjadi Poin Lingkungan (EP) yang dapat digunakan untuk membeli bahan makanan, barang, dan bahkan membayar utilitas seperti listrik, air, dan layanan internet.
Di seluruh wilayah, Mesin Penjual Otomatis (Reverse Vending Machines/RVM) juga bermunculan untuk mendorong perubahan perilaku melalui insentif, yang didukung oleh sektor publik dan swasta.
Klean, sebuah perusahaan rintisan asal Malaysia, menyediakan mesin penjual otomatis (Reverse et al.) yang cerdas, di mana masyarakat dapat menyerahkan sampah plastik PET mereka untuk mengumpulkan poin yang dapat ditukarkan dengan berbagai penawaran dari mitra dagang mereka, termasuk TouchnGo, Boost, dan Grab.
Di Indonesia, PT ASDP Indonesia Ferry juga telah menggunakan mesin penjual otomatis (RVM) dan drop box di beberapa pelabuhan dan kantor cabang untuk mengumpulkan botol plastik bekas.
Sangat memprihatinkan untuk mengamati bahwa banyak konsumen tetap berpuas diri dan terus mengutip ketidaknyamanan sebagai alasan untuk tidak mendaur ulang, terutama ketika sebagian besar dari hampir 8 dari 10 responden (77%) setuju bahwa botol plastik sekali pakai menimbulkan masalah lingkungan yang mendesak.
Hal ini didorong oleh teknologi yang lebih maju di mana plastik daur ulang kini memiliki berbagai aplikasi dan penggunaan di berbagai industri, termasuk pengemasan, konstruksi, otomotif, dan daur ulang limbah plastik tekstil; mengapa konsumen lambat menyadari bahwa mereka dapat secara bersamaan mengurangi jejak karbon dan menciptakan kekayaan dengan beralih ke opsi yang lebih berkelanjutan?
-- adds--> -->
Leave a comment